Ojek online
memang gabisa lepas dari kebutuhan kita untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kesekolah naik ojek online, mau pergi naik ojek online, pesan makanan pakai
ojek online, kirim barang pakai ojek online, ngerjain tugas pakai ojek online,
ngerjain skripsi pakai ojek online, ngambil rapot pakai ojek online, pacaran
sama supir ojek online, calon bini anaknya ojek online. Semuanya serba ojek
online.
Dengan
adanya transportasi seperti ojek online
ini memang memudahkan banget untuk kita ngelakuin beberapa hal. Beberapa hal
yang dulu kita anggap ribet, sekarang terasa mudah dengan adanya ojek online.
Laper dikit, males keluar rumah? tinggal pesan makanan lewat ojek online. Pergi
jauh, gak ada kendaraan? tinggal pesan ojek online. Kirim barang? tinggal pesan
ojek online. Pacar mulai gak perhatian? pacarin aja supir ojek online.
Tetapi
dengan adanya transportasi ojek online ini, jelas menggusur beberapa
transportasi umum yang lainnya. Salah satunya tukang ojek pengkolan. Mungkin
beberapa tahun yang lalu dia masih eksis ditengah masyarakat, sekarang? Mungkin
penumpang dia anak SD yang dia antar kesekolah di pagi hari dan siangnya dia
jemput lagi untuk pulang kerumah. Gitu aja terus sampe kue cucur masuk menu
Starbucks.
Jadi
menurut gue yang membuat ojek online dan ojek pengkolan terasa beda, adalah
jarak. Ya, jarak yang memisahkan keduanya, jarak antara tradisional dan modern,
jarak antara non-teknologi dan teknologi. Semakin eksis nya ojek online, jelas
makin menggusur keberadaan ojek pengkolan. Bahkan gue yakin, pasti supir ojek pengkolan
pun rindu dengan ramainya penumpang dipagi hari, rindu dengan penumpang yang selalu
mematuhi tarif yang ia buat dengan seenaknya.
Rasa
rindu yang sama yang kita rasakan kepada seseorang yang telah lama tidak kita
jumpai, seseorang yang dahulu berada disamping kita,kini telah pindah ke tempat
yang lain, seseorang yang dahulu bersama-sama kini sudah tidak ada di sisi kita
lagi, seseorang yang biasa memberi tawanya kepada kita, kini tawa nya telah ia
berikan kepada orang lain.
Lagi
dan lagi semua itu karena jarak, jarak yang memisahkan hubungan kita dengan
orang yang dulu selalu berada disamping kita. Sekarang ia telah memilih tempat
yang menurut ia lebih baik dibanding sebelumnya.
Sekarang
gue sadar, apa yang gue alami sama seperti supir ojek pengkolan alami. Ia rindu
akan ramainya penumpang dipagi hari, sama seperti gue yang rindu akan ramainya
suasana ketika bersama orang yang kini telah hilang. Ia juga rindu akan topik
obrolan diatas motor bersama penumpangnya, dan gue juga rindu dengan topik
pembahasan yang tiada habisnya dengan orang yang kini telah memiliki tempat
yang baru.
Kadang
gue pikir, “Apa yah yang membuat semua itu hilang?”.
Menurut
gue… semua itu karena jarak. Ya jarak. Kenapa?
Karena,
bukankah dengan jarak, rindu itu bisa tercipta?
Komentar
Posting Komentar